Senin, 21 November 2016
[Sumber: http://www.windryramadhina.com/2014/12/walking-after-you.html]
Sinopsis:
Masa lalu akan
tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
Walking After
You, novel ini bercerita tentang masakan Italia, kue Prancis, lelaki
penyuka salsa, perempuan pembawa hujan, dan koki beraroma apel, mint, dan sage.
An, seorang perempuan yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu bersama saudara
kembarnya, Arlet. Karena kembar, bukan berarti mereka sama dalam semua hal,
Arlet menyukai kue Prancis dan An jatuh hati pada masakan Italia.
Sebagai kembar, An dan Arlet saling
menjaga dan mencintai satu sama lain. Hingga mereka bertemu si lelaki penyuka
salsa—iya, lelaki yang itu, yang matanya biru keabu-abuan, kulitnya cokelat,
tubuhnya beraroma laut musim panas, dan ciumannya seperti segelas wine—saat
mereka masih menjadi murid di Le Cordon Bleu. Di masa lalu tersebut, di La
spezia—restoran milik lelaki tersebut—An membuat kesalahan, kesalahan
terbesar dalam hidupnya yang membawanya pada penyesalan, dan mengantarnya ke
sebuah toko kue kecil bergaya Eropa kuno yang disebut-sebut sebagai ‘tempat
paling tepat untuk menikmati kue-kue Eropa terbaik di negeri ini’ bernama Afternoon
Tea. Dan dengan cara itulah An menebus kesalahannya terhadap Arlet.
Di toko kue tersebut, An
menghabiskan hari-harinya sebagai asisten seorang koki yang kaku, gila
kesempurnaan, dan beraroma apel, mint, dan sage. Pertemuannya dengan lelaki
tersebut dan seorang perempuan pembawa hujan membuat An sadar bahwa menjadi
koki kue Eropa bukan impiannya, impiannya adalah menjadi koki masakan Italia di
sebuah trattoria yang pernah ia impikan bersama Arlet. Semua itu membuat
An sadar bahwa ia tidak perlu melanjutkan impian Arlet menjadi koki kue Prancis,
ia hanya perlu mewujudkan impiannya sebagai koki masakan Italia untuk membuat
Arlet bahagia.
Kurang lebih isi novel Windry
Ramadhina ini kayak gitu. Yah, actually, aku kejebak pas baca sinopsisnya—iya,
ke-je-bak. Kirain masa lalu yang dimaksud di sini tuh masalalu An sama
mantannya atau gimana, haha.
Novel ini ngambil sudut pandang
orang pertama, tokoh utamanya adalah An. Yang aku suka dari novel ini adalah,
mbak Windry suka ngegambarin suatu tempat atau makanan secara detail, bikin
kita jelas ngebayanginnya, bikin pengen ke sana, dan bikin ngiler kalo lagi
gambarin makanan, haha.
Tapi, aku rada kesel sama tokoh An
di sini, dia itu ceroboh banget, suka bikin marah kokinya yang ngomong-ngomong
bikin gemes, loh! Haha. Si koki ini digambarin sebagai cowok yang cuek, kaku,
perfeksionis, tapi kadang perhatian.
Di novel ini juga ada sekilas
tentang si perempuan pembawa hujan, nah, sebenernya aku bingung, tokoh dia di
situ tuh kayak apa ya? Nggak penting. Apalagi tokoh si lelaki penyuka salsa
yang selalu datang di saat yang nggak tepat, mengganggu An dan si koki beraroma
apel, minta dan sage, bikin geregetan! Haha.
Tapi keseluruhan sih novel ini
lumayan, walaupun aku nggak nemuin “greget”-nya. Favorit aku sih tetep ya part-part
di mana mbak Windry lagi ngegambarin tempat atau makanan, haha. Ada satu quote
yang aku suka dari novel ini,
“Pelangi yang muncul setelah hujan, adalah janji alam bahwa masa
buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.”
Rate: 3/5
R.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar