Minggu, 05 Juli 2015

[Review] Film The Secret




The secret merupakan film yang diproduksi oleh Prime time production. Film ini terdiri dari wawancara dengan beberapa orang dan dengan profesi yang berbeda-beda. Beberapa orang itu antara lain: John Assaraf, Dr. Rev. Michael Beckwith, Dr. John Demartini, Bob Proctor, Jack Canfield, James Arthur Ray, Dr. Joe Vitale, Lisa Nichols, Marie Diamond, dan Dr. John Gray.
 
Sebenarnya, inti dari film ini adalah “hukum ketertarikan”. Hukum ketertarikan yang dimaksud di sini berhubungan dengan hidup kita di masa depan dengan apa yang kita pikirkan saat ini. Untuk mencapai keinginan kita yang akan kita capai di masa depan, kita harus melalui tiga proses  yang disebut “The Creative Process” yang terdiri dari:
1. Ask.
Untuk mendapat sesuatu, kita harus meminta. Di film ini, ada sebuah analogi menarik tentang hal ini. Ingat Aladin dan jin yang selalu mengabulkan permintaannya? Nah, jin di sini digambarkan sebagai semesta yang bisa juga kita anggap sebagai Tuhan kita (bukan maksudnya menyamakan jin dengan Tuhan, cuma analogi). Kita dapat meminta apapun ke pada Tuhan kita, kan?
2. Answer.
Di bagian ini, kita nggak bisa ikut campur. Adalah cara Tuhan buat tau gimana cara menjawab permintaan kita, gimanapun caranya, gimanapun jalannya, kapan waktunya, semua adalah ketentuan dari Tuhan.
3. Receive.
Nah, setelah kita meminta, lalu Tuhan ngasih kita jalan dan ngejawab permintaan kita, udah jelas dong kita dapet apa yang kita pengenin?

Selain berisi wawancara, film ini juga berisi beberapa cuplikan pengalaman seseorang yang mengalami hal yang berkaitan dengan hukum ketertarikan. Salah satunya adalah pengalaman dari seorang anak laki-laki yang menginginkan sebuah sepeda, karena keinginannya yang kuat, iya terus memikirkan sepeda tersebut hingga mulai menggunting sebuah gambar sepeda dan menempelnya. Suatu saat, ketika ia sedang melewati toko sepeda, ia melihat sepeda yang ia inginkan sudah terjual, hingga ia pulang dengan putus asa dan membuang gambar sepedanya ke tempat sampah. Tapi sesaat ia berpikir dan mulai menggambar lagi sebuah sepeda yang ia inginkan. Tanpa diduga, suatu saat ketika ia sedang membuka pintu, di depan rumahnya terdapat sebuah sepeda yang ternyata diberikan oleh ayahnya.



Tbh, awalnya aku underestimate sama film ini. Ternyata banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari sini. Kalo kita pengen sesuatu, kita harus pikirin hal itu terus, jangan nyerah, terus pikirin sampe suatu saat nggak tau gimana caranya, hal itu bakal kita dapetin dengan sendirinya. Tapi, sebelum kita mendapatkan semuanya, yang harus kita lakuin itu bersyukur, belum dapet apa-apa kok udah bersyukur? Gini, waktu kita bangun tidur dengan mood jelek, sepanjang hari itu bakal jadi bener-bener buruk buat kita, bahkan hal kecil aja bisa jadi masalah. Beda kalo kita bangun tidur dengan keadaan seneng, ada masalah pun kita bisa mengatasinya, dan ngerubah masalah itu jadi sesuatu yang “biasa aja” karena mood kita dari awal udah bagus.

Hal lain yang aku dapet dari film ini (yang juga inti dari semuanya) adalah apa yang kita pikirin sekarang adalah apa yang bakal kita dapet nanti, entah itu baik atau buruk. Jadi, keep your mind in a positive things, kalo kalian ngebiarin hal negatif ada di pikiran kalian, ya itu yang bakal terjadi. Terus gimana caranya supaya nggak ada pikiran negatif? Di film ini, kita bakalan dapet cara yang gampang banget buat hal itu, ketika pikiran kita negatif, pikirin hal-hal atau seseorang yang bisa bikin kita seneng, terus pikirin hal/orang itu sampe kita bener-bener seneng, atau kita juga bisa dengerin music buat perbaikin mood kita yang jelek, gampang, kan?

Nah, pokoknya banyak banget pelajaran apalagi quotes yang bisa diambil dari film ini. Oke, buat review mungkin ini kepanjangan, ya? Haha.

The last, aku mau ngutip salah satu dari banyaknya kutipan bagus di film The Secret, “WATHEVER IT IS YOU ARE FEELING IS A PERFECT REFLECTION OF WHAT IS IN THE PROCESS OF BECOMING”




R.

KESAN TUGAS BERJUALAN



Di semester 4 ini, aku kedapetan mata kuliah kewirausahaan, yah, jujur aja sebenernya bingung juga anak sastra inggris dikasih matkul kayak gini. Beberapa bulan lalu pak dosen ngasih tugas ke mahasiswanya buat j u a l a n, nahloh! Buat aku yang passion-nya bukan di sana langsung bingung dong? Mau jualan apa? Caranya gimana? Modalnya darimana?
Untungnya, pak dosen sempet ngasih cara-cara buat dapetin modal, tapi yah tetep aja masih kepikiran, haha. Actually, aku pernah nyoba jualan baju online, tapi nggak bertahan lama akhirnya nyerah di tengah jalan. Nggak bisa dipungkiri juga ya, jualan itu salah satu pekerjaan yang menggiurkan banget kalo diitung-itung.
Nah, langsung ke inti. Setelah pikir-pikir, jualan itu emang bener-bener bukan bidang aku, terus gimana caranya aku ngerjain tugas ini? Caranya, aku ngegabunginnya sama hobi, baca novel. Jadi, aku mutusin buat jualan novel (bisa liat laporannya di sebelum postingan ini).
Hal pertama yang harus dipikirin setelah dapet ide ini, cari pasarannya. Pak dosen pernah bilang kalo sasaran pasar itu cuma ada dua: kelas atas sama kelas bawah, nggak ada yang namanya kelas menengah. Kalau yang kita incar itu kelas atas, gampang, bagusin packaging-nya, terus tinggiin harganya, kalangan atas nggak akan mentingin harga, mereka lebih mentingin kualitas, kalau packaging-nya bagus, kualitasnya juga keliatan bagus, kan? Beda sama kalangan bawah yang lebih mentingin harga dibanding kualitas. Jadi, aku pilih sasaran pasarku adalah kelas bawah, karena modal yang aku keluarin juga sedikit. Spesifiknya, sasaran pasarku itu remaja, karena yang aku jual novel remaja.
Kedua, harus dipikirin sistem penjualannya. Berhubung aku nggak punya tempat dan sekarang ini lagi rame-ramenya online shop, aku pilih sistem ini buat ngerjain tugasku. Yah, dari pribadi sih emang lebih suka belanja online, lebih gampang dan cepet aja.
Ketiga, nama usaha. Aku milih nama belakangku sendiri buat dijadiin nama usaha, Amelia’s Library.
Setelah semuanya udah, tinggal dijalanin deh. Di laporanku bisa diliat berapa modal, harga jual, sama keuntungan yang aku dapet. Dan sekarang, aku mau ngasih kesan selama ngejalanin tugas jualan ini. Kesannya yah, jualan itu hal yang menarik buat aku, berhubung aku sendiri orang yang suka belanja, aku jadi suka punya keinginan buat jualan sendiri. Kalo buat dipikirin sih ya seneng-seneng aja, apalagi mikirin untungnya, haha. Tapi, kalo udah dijalanin, p u s i n g. yah, aku bukan tipe orang yang pinter promosi, atau pinter ngomong ke orang lain, jadi kendalanya mungkin di situ.
Overall, banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari mata kuliah kewirausahaan ini, nggak cuma soal jualan aja, tapi juga tentang kepribadian, berhubung selain tertarik sama sastra inggris aku juga tertarik sama psikologi, aku jadi lebih seneng kalo pak dosen lagi nerangin tentang kepribadian, haha. The last sentence, kalo ditanya, “mau lanjut jualan atau nggak?” jawabannya, NO!




R.

;;

By :
Free Blog Templates